Sabtu, 11 November 2017

teka-teki silang

This interactive crossword puzzle requires JavaScript and any recent web browser, including Windows Internet Explorer, Mozilla Firefox, Google Chrome, or Apple Safari. If you have disabled web page scripting, please re-enable it and refresh the page. If this web page is saved on your computer, you may need to click the yellow Information Bar at the top or bottom of the page to allow the puzzle to load.

Rabu, 08 November 2017

SISTEMATIKA PENDIDIKAN DAN PESANTREN DI INDONESIA

SISTEMATIKA PENDIDIKAN DAN PESANTREN DI INDONESIA
Luthfi ghazali/ 201610010311095
Program Studi pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang
Abstark :
Pondok pesanteran  merupakan lembaga kependidikan islam di Indonesia yang  eksis hingga saat ini di indonesia. Pondok pesantren merupakan lembaga kependidikan yang unik dan mandiri yang menjadi basis awal mula sejarah pendidikan di indonesia, pesanteran mempunyai kultur, sutruktur dan sistem yang unik dalam pendidikan di indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi peminat lembaga pendidikan pesatren di indonesia. Tujuan dari di buatanya makalah ini adalah  untuk mengetahui sistematika lembaga pendidikan pesatnren di indonesia faktor pendorongan  dan  penghambatnya , serta bentuk-bentuk dan  manfaatnya. Makalah ini memaparkan proses pendidikan di Indonesia yang berbasis pesantren yang bertahan dari dulu sampai sekarang, dengan melihat tradisi pesantren di indonesia yang menjadi lembaga yang eksis dan berdirih kokoh sampai sekarang.
Kata kunci : pesantren, pendidikan dan sistematika.
Pendahuluan.
Pesantren atau pondok pesantren merupakan lembaga kependidikan islam yang berbasis santri, yang bertujuan untuk mengembangan pendidikan Islam  yang ada di Indonesia. Menurut Zamakhsyari Dhofire (dalam Hasyim Asy’ari 2015: 3) “Ummat islam yang ada di indonesia sangat berbeda dengan ummat islam yang lain, sementara Islam di negeri lain menjadikan Islam sebagai kebutuhan hidupnya(….). sedangkan Pesantren menjadi salah satu fasilitas  lembaga pendidikan dan menjadi lembaga dakwah di Indonesia juga. Awal mula lembaga pendidikan Islam di Indonesia adalah pesantren yang berbasis santri.
Kependidikan Islam yang ada di Indonesia berawal dari pesantren namun tidak ada tentang data resmi tentang pendirian lembaga pendidikan pondok pesantren di Indonesia. Tapi lembaga kependidikan Islam di Indonesia di mulai pada abad ke-10, tetapi tentang penulisan di Indonesia pada saaat itu sangat lemah. Menurut Zammakhsyari dhofier (2015: 29), Barus, antara pertengahan abad-9 dan akhir abad ke-14 merupakan bandar metro politan yang menjad awal terbangunnya pusat pendidikan Islam. Tim arkeologi Indonesia-Prancis selama lima tahun (1998-2003),telah melakukan penelitian situs Barus di Sumatra Utara dan diketahui bahwa di abad ke-9 dan 14 Barus menjadi bandar metropolitan.
Dengan surat keputusan tanggal 8 Maret 1819, gubernur jendral Van der Capllen memerintahkan mengadakan suatu penelitian tentang pendidikan masyarakat jawa. Dengan tujuan meningkatkan kemampuan membaca dan menulis di kalangan mereka. Karena pendidikan islam pada saat itu sangat bobrok yang mana hanya menyurh peserta didik dengan menghafal tapi tidak tau maksut dari apa yang  di baca mereka.[1] Menurut Karel A. Steenbrink (1986: 11), dalam sistem pendidikan seperti ini, serng terjadi perbedaan waktu belajar yang besar dimana ada murit yang cepat dan ada yang lambat dalam menyelesaikan pendidikannya.
Pengetahuan kita mengenai asal-usul pesantren sangatsedikit. Kita tidak mengetahui lembaga itu muncul untuk pertama kalinya. Banyak sekali di sebutkan pesantren pada masa awal, sebenarnya itu hanya menjadi aktrapolasi dari pengamantan dari akhir abad ke-19. Menurut Martin Van Bruinessen (dalam Pigeaud dan De Graaf 1995: 23), menyatakan bahwa Pesantren merupakan jenis pusat islam penting kedua, di samping Masjid, pada preode awal abad ke-16.
Sudah tidak diragukan lagi bahwa pesantren memiliki kontribusi nyata dalam pembangunan pendidikan. Apalagi dilihat secara historis, pesantren memiliki pengalaman yang luar biasa dalam membina dan mengembangkan masyarakat. Bahkan, pesantren mampu meningkatkan perannya secara mandiri dengan menggali potensi yang dimiliki masyarakat di sekelilingnya.
A.     Pembahasan.
Secara teknis, pesantren adalah tempat tinggal santri. Pengertian tersebut menunjukkan ciri pesantren yang paling penting, yaitu sebuah lingkungan pendidikan yang sepenuhnya total. Pesantren mirip dengan akademi militer atau biara dalam hal pengalaman dan kemungkinannya untuk sebuah totalitas. Dibandingkan dengan lingkungan pendidikan yang ditawarkan oleh sistem sekolah umum yang berlaku sebagai struktur pendidikan secara umum bagi bangsa, pesantren adalah sebuah kultur yang unik[2]. Tradisi pesantren adalah sistem pendidikan Islam yang tumbuh sejak awalnya kedatangan islam di indonesia.
Kebanyakan gambaran mereka tentang kehidupan pesantren hanya menyentuh aspek kesederhanaan bangunan-bangunan dalam lingkungan pesantren, keserhadaan cara hidup santri, kepatuhan mutlak para santri kepada kiyai dan, dalam beberepa hal pelajaran-pelajaran dasar mengenai kitab-kitab klasik. Di suatu sisi ia berakar kuat di bumi indonesia, pondok pesantren bisa dikatakan sebuah lembaga khas inndonesia. Meskipun ia merupakan lembaga pendidika islam tradiosonal. Pola khas pesantren sebagai lembaga pendidikan juga mencerminkan pengaruh asing , dan mungkin juga punya akar asing, meskipun bercampur dengan tradisi lokal.




Komponen-komponen Pesantren
Pondok, masjid, pengajaran kitab-kitab klasik, santri dan kyai adalah lima komponen dasar tradisi pesantren. Ini berarti sebuah lembaga kependidikan yang telah berkembang hingga memiliki kelima komponen tersebut berubah statusnya menjadi pesantren.[3]
1.       Pondok
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah lembaga yang memiliki asrama yang di mana sisiwanya tinggal dan belajar yang meneriman bimbingan dari seorang guru yang lebih dikenal dengan sosok seorang kyai. Dan istilah pondok dapat diartikan sebagai tempat atau komplek para santri untuk belajar atau mengaji ilmu pengetahuan agama kepada kyai atau guru ngaji, biasanya komplek itu berbentuk asrama atau kamar-kamar kecil dengan bangunan apa adanya yang menunjukkan kesederhanaannya. Asrama para santri berada dalam lingkung pesantren yang mana kyai bertempat tinggal didalamnya yang juga menydiakan masjid untuk beribadahnya santri, ruang untuk belajar dan tampat kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain. 
Dulu pesantren adalah milik kyai, tetapi sekarang kebanyakan dari pesantren tidak semata-mata dianggap milik kyai saja, tetapi milik masyarakat juga. Ini disebabkan para kyai memperolah sumber-sumber keuangan untuk mengongkosi pembiyayaan dan pengembangan pesantren dari masyarakat[4]. Dan sudah banyak pula pesantren-pesantren yang telah di wakafkan, baik dari kyai terdahulu, maupun yang di berikan orang kaya.
2.       Masjid
Masjid sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan spiritual, sebenarnya bukan hanya berfungsi sebagai tempat shalat saja, tetapi juga merupakan pusat kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Beberapa ayat dalam Al quran menyebutkan bahwa fungsi masjid adalah sebagai tempat yang didalamnya banyak menyebut nama Allah (tempat berdzikir), tempat beri’tikaf, tempat beribadah (shalat), pusat pertemuan islam untuk membicarakan urusan hidup dan perjuangan. Dan Masjid merupakan komponen yang tidak akan erpisahkan dari pesantren dan di anggab sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang lima waktu, khutbah jum’at dan pengajara kitab-kitab islam klasik.[5]
 Lembaga-lembaga pendidikan pesantren pasti meliliki Masjid dalam sebuah pesantren, yang mana jika seorang kyai ingin membangun atau mendirikan pesantren pasti yang akan di bangun pertama kali adalah masijid yang itu akan menjadi titik pusat dalam sebuah pembelajra dan pembimbingan santri yang akan memproses sebuah pengajarang didalamnya. Seorang kyai akan terus memelihara subuah tradisi dalam pesantren yang mana masjid menjadi pablik figur dalam sebuah lembaga pendidikan pesantren. Dan memberi masukan yang peting terhada santrinya bawasanya masjid adalah tempat yang paling tepat untuk belajar praktek dalam hal sholat yang benar, dan memperoleh pengetahuan dari Allah SWT.
3.       Pengajaran Kitab-kitab islam klasik
Pengajarn kitab-kitab islam klasik pada masa yang lalu menjadi sebuah pembelajran wajid di  pesantren yang mana kitab-kitab itu yang berbau mazhab aliran imam safi’i dan ahlisun wal jamaah yang lain, dengan tujuan untuk menjadikan sebuah ulam yang dapat menyelesaikan sebuah permasalaan fiqhi. Dengan adanya pembelajran kitab-kitab klasik islam menjadikan seorang santri mampu mengaplikasikan sebuah pelajrang yang mereka pelajari dalam sebuah pondok pesantren mereka. Pasti dalam sebuah pembelajran pasti ada rujukan dari sebuah yang akan di lakukan, dengan kitab-kitab klasik islam  mungkin telah menjadi sebuah rujukan yang akan di belajarkan kepada santri di pesantren tersebut. Bahwa lembaga pesantren belum ada sebelum abad ke-18 tidak berarti bahwa kitab kuning tidak di pelajari sebelumnya. Kitab-kitab klasik berhasa arab jelas sudah dikenalkan dan di pelajari pada abad ke-16[6].
4.       Santri
Santri adalah peserta didik yang belajar atau menuntut ilmu di pesantren. Dan santri yang selalu beraktifitas dalam komplek pesantren, makan,minum dan kegitan lain. santri bertempat tinggal dalam sebuah asrama yang mana itu menjadi tempat tinggal sementra ketia dia dalam sebuah lembaga pendidikan pondik pesantren. Karena itu santri merupakan komponen yang sangat peting dalam lembaga pendidikan pondok pesantren, yang mana santri menjadi objek pengajaran yang ada dalam sebuah lembaga pesantren. Perlu di ketahui bahwa, menurut tradisi santri itu terdiri dari dua
1.       Santri mukim, yaitu santri yang datang jauh-jauh dari luar pualu maupun dalam pulau. Tanggung jawab dari seorang santri mukim yang lama sangat lah berat, santi mukim yang mengurusi sebangian pekerjaan pondok pesantren. Dan mengajarkan kitab-kitab menengah ke pada santri yang baru masuk dalam pondok pesantren. Dan baisanya yang terjadi terhada santri mukin ini mereka dapat perlakuan khusus dari seorang kyai.
2.       Santri kalong, yaitu santri yang berasal dari desa-desa sekitar itu. Tapi tidak menentap dalam sebuah asrama yang disediakan pondok pesantren, mereka hanya mengikuti pengajaran yang ada dalam pondok pesantren dan bolak balik dari pondok ke rumah mereka.

5.       Kyai
Kyai di sebuah lembaga pendidikan pesantri dominan disebut sebagia pendiri pesantren. Ini sudah sewajaranya terjadi kepada kyai karena maju mundurnya sebyah pesantren ini tergantung dari sang kyai. Menurut asal-usulnya perkataan kyai dipakai untuk ketiga jenis yang saling berbeda:
1.       Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang di anggab keremat, “Kyai garuda kencana” dipakai untuk sebutan kereta emas yang ada di keraton yogyakarta.
2.       Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.
3.       Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajarkan kitab-kitab islam klasik kepada santrinya.[7]
Disini perlu diketahui kembali bawasanya kyai disini adalah seorang yang menjadi panutan santri di pondok pesantren dan menjadi pembimbing dan sekaligus menjadi orang tua santri ketika di pondok pesantren.
Sistem Pendidikan dualisme di Indonesia
Dengan surat keputusan tanggal 8 Maret 1819, gubernur jendral Van der Capllen memerintahkan mengadakan suatu penelitian tentang pendidikan masyarakat jawa. Dengan tujuan meningkatkan kemampuan membaca dan menulis di kalangan mereka. Karena pendidikan islam pada saat itu sangat bobrok yang mana hanya menyurh peserta didik dengan menghafal tapi tidak tau maksut dari apa yang  di baca mereka.[8] Pada zaman kolonia belanda ingin tidak ingin ikut campur dalam sistem pendidikan peribumu karena pemerintahan belanda menghargai unsur peribumi  dalam masyarakat keengganan menolak kebudayaan asli dalam hubungannya dengan kebudayaan asing yang bercorak barat.
 Tetapi setelah setahun pergantian pergantian pegawai pemerintahan kolonial Belanda. Dan setahun dia menjabat dia menolak untuk untuk menyusuaikan dengan pendidikan Islam yang ada, karen pendidikan Islam pada saat itu sangat lah jelak sekali, sehingga tidak dapat di pakai dalam sekolah peri bumi. Yang di maksudkan dengan jelek disini adalah karena metodo dalam pembelajaran pendidikan Islam itu hanya baca, tulis dan hafal tanpa mengetahui arti dari apa yang mereka hafal, baca dan tulis.
 Dan kita laiat lah sekarang, pendidikan Islam mulai mengembangkan satu model pendidikan sendiri yang berbeda dan terpisah dari sistem pendidikan belanda, maupun sistem pendidikan yang di laksanakan olah departemen pendidikan dan budaya indonesia. Sistem pendidikan umum di Indonesia, bukan lah timbul akibat penyesuaian dengan sistem pendidikan Islam seperti yang terlihat sekrang ini, lama kelamaan akan menyesuaikan diri dan masuk kedalam sistem pendidikan umum.[9]  Dan fenomena ini yang mana telah  terjadi di indonesia yang mana  lembaga pendidikan Islam, yang mana sistem di Indonesia sedikit demi sedikit telah masuk untuk menyesuai kan sistem pendidikanya dengan sistem pendidika umum sekrang.
Pendidkan di Indonesia mempunyai history yang panjang dari segi permulaan pembangunan sisten pendidikan, pendorang perkembangan sistem dan faktor-faktor yang di tempuh sistem pendidikan yang ada di Indonesia sangat lah bergagam dalam pemetaan pendidikan yang ada di Idonesia.

B.      Penutup
Pendidkan dan lembaga pendidikan pesantren di Indonesia mempunya sejarah yang sangat panjang. Dari pemebtukan pendidikan dan lembaga pendidikan pesabtren yaitu pondok pesantren yang ada di Indonesia. Pendidikan dualisme yang ada di indenesia di walinya karena ada nya sistem pendidikan islam yang jelak, jelak yang diamksud disini adalah karena metode yang di pake islam pada saat itu kurang cocok di pakai untuk pribumi. Yang mana peserta didik hanya menghafal, baca dan menulis arab yang mereka tidak mengetahui arti dan mak’na dari yang mereka hafal, baca dan tulis.
Pondok pesantren sangat akses dari dulu sampai sekrang. tetapi p pengetahuan kita tentang pondok pesantren sangat lah sedikit sihingga sebuah lembaga pendidika pondok pesantren ini tidak tau kapan awal mulanya berdirinya di Indonesia. Namun di perkirakan lembaga pendidikan islam yang tinggi dimulai pertengahan abad ke-10, tetepi tradisi membaca dan menulis di Indonesia sangat lah lemah. Barus, antara pertengahan abad ke-9 dan akhir abad ke-14, merupakan bandarmetropolitan yang menjadi awal terbangaunnya pusat pendidikan islam. Komponen-komponen yang di miliki pondok pesantren 1. Pondok 2. Masjid 3. Pengajaran kitab-kitab Islam 4. Santri 5. Kyai itu lah kompon-komponen yang harus dimiliki pondok pesantren karena itu ada yang menjadi tradisi pesantren yang ada di Indonesia.
C.     Daftar pustaka
Wahid Abdurrahman Prospek Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan, dalam Manfred Oepen dan Wolfgang Karcher (Ed), diterj. Shonhadji, Dinamika Pesantren : Dampak Pesantren dalam pendidikan dan Pengembangan Masyarakat, ( Surabaya: Hikmah, 1995)
Bruinessen Van Martin Kitab kuning, pesantrendan tarekat, bandung: penerbit Mizan, 1995
Dhofier Zamakhsyari Tradisi pesantren, Jakrta: penerbit LP3BS, 2015
Steenbrink A. Karel, Pesantren Madrasah Sekolah, Jakarta: penerbit LP3ES, 1986





[1] Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, penerbit LP3ES, Jakarta, 1986, hal:1
[2] Abdurrahman Wahid Prospek Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan, dalam Manfred Oepen dan Wolfgang Karcher (Ed), diterj. Shonhadji, Dinamika Pesantren : Dampak Pesantren dalam pendidikan dan Pengembangan Masyarakat, ( Surabaya: Hikmah, 1995), hal.267.
[3] Zamakhsyari Dhofier  Tradisi pesantren,penerbit LP3BS, Jakrta, 2015, hal 79
[4] Zamakhsyari Dhofier  Tradisi pesantren, penerbit LP3BS, Jakrta, 2015, hal 80
[5] Zamakhsyari Dhofier  Tradisi pesantren, penerbit LP3BS, Jakrta, 2015, hal 85
[6] Martin Van Bruinessen Kitab kuning, pesantrendan tarekat, penerbit Mizan, bandung , 1995, hal 27
[7] Martin Van Bruinessen Kitab kuning, pesantrendan tarekat, penerbit Mizan, bandung , 1995, hal 93
[8] Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, penerbit LP3ES, Jakarta, 1986, hal:1
[9] Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, penerbit LP3ES, Jakarta, 1986, hal:7

Kamis, 20 Oktober 2016

Masjid AR-Fachruddin dan SPBU UMM

Sejarah berdirinya masjid AR-Fachruddin


Masjid AR-Fachruddin, Unmuh Malang, Masjid Kampus Terbesar di Asia Tenggara Bangunan Masjid ini memadukan tiga nafas kebudayaan sekaligus, yaitu Jawa, Arab dan modern. Masjid kampus tak lagi jadi fasilitas pelengkap semata, tapi justru sebagai bagian penting dan penegas identitas yang membanggakan. Dalam konteks ini, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)  merupakan contoh penting. Karena UMM memiliki Masjid AR-Fachruddin yang sangat megah, bahkan disebut-sebut sebagai masjid kampus terbesar di Asia Tenggara.
       Masjid yang berlokasi di Jalan Raya Tlogomas ini pembangunanannya memakan waktu 23 bulan, terhitung sejak bulan November 1994 sampai dengan September 1996. Luas bangunan 14.834,70 meter persegi. Sedang luas lantai I: 2. 706,20 meter persegi, luas lantai II: 2.900 meter persegi, luas lantai III: 3.197 meter persegi, luas lantai IV: 1.642,75 meter persegi, dan luas lantai V: 2.746 meter persegi.
Ide bangunan masjid ini datang dari Malik Fadjar yang saat itu menjabat sebagai rektor UMM. Sebagai langkah awal dirumuskan misi, visi, fungsi arsitektur dan lokasi masjid di komplek kampus terpadu. Pembangunan masjid ini melibatkan tim perencanaan dan pembangunan masjid.
Arsitek masjid ini dikerjakan oleh tim perencanaan UMM,” jelas Ir. Lukito Prasetyo, arsitek yang intens dalam perencanaan pembangunan masjid ini.
Arsitektur masjid memadukan berbagai unsur kebudayaan, diantaranya kebudayaan Jawa, Arab dan modern. Kebudayaan Jawa ditandai cungkup di ujung masing-masing kubah. Berbagai bentuk ornamen dan pilarnya dibuat dengan gaya modern yang menggambarkan semangat modernitas dalam  menampilkan ajaran Islam. Pilar-pilar yang kokoh ke dalam dan menjulang tinggi mengambarkan bangunan tauhid yang menghunjam. Sementara kubah dan ornamen lainnya menggambarkan buah dan daunnya yakni amal shaleh.
Soal pembiayaan, Lukito menepis kabar jika pembangunan masjid ini dibantu oleh pemetintah Arab Saudi. “Semua murni dari UMM sendiri,” tegasnya. Pembangunan masjid ini, katanya, menghabiskan dana sekitar Rp 6 milyar. Dibangunnya masjid ini sekaligus membawa cita-cita untuk mewujudkan sarjana yang berkualitas pikir sekaligus berkualitas dzikir.Keberadaan masjid Ar-Fachruddin itu pun diharapkan dapat member kontribusi riil dalam mewujudkan cita-cita tersebut.
Misi masjid ini tercermin dalam penentuan lokasi dan arsitektur masjid. Lokasi masjid sengaja dipilih pada barisan terdepan dati seluruh bangunan kampus, dekat dengan jalan raya, sehingga terbuka bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan. Tempat di posisi paling depan juga mencerminkan simbol untuk mengedepankan semangat sujud atau tau hid pada awal dan akhir dari seluruh aktifitas akademik. Tempatnya yang di pinggir sungai mengingatkan agar setiap orang yang hadir ke masjid mengalirkan sifat jeleknya, yang sejalan dengan falsafah shalat sebagai pembersih dosa. Hubungan antara sungai atau kolam dengan masjid semacam, ini pemah memberi inspirasi Wali Songo dalam membangun masjid sebagai upaya mendakwahkan aja ran Islam pada masyarakat Jawa.
Diresmikan oleh Presiden Habibie, masjid ini diharapkan menjadi masjid yang memancarkan sinar tauhid yang senantiasa melahirkan semangat keislaman, yakni semangat untuk hanya menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Tuhanan dan kemanusiaan yang terefleksikan dalam etos keilmuan dan etos sosial sebagai sikap dasar dalam membangun tamaddun Islam. Karena itu, masjid ini diharapkan berfungsi sebagai pusat spiritual, pelayanan sosial, keagamaan dan pusat pancaran iklim intelektual. Drs Faridi Msi, Mantan Ketua Badan Pemakmuran Masjid (BPM) menjelaskan, AR-Fachruddin bukan hanya masjid kampus terbesar se-Indonesia bahkan se-Asia Tenggara. Pengakuan ini, tutur Faridi, sudah dibuktikan dari para turis yang telah berkunjung di masjid ini. Soal nama, awalnya bernama masjid Ad-Dakwah, kemudian berubah menjadi Ar-Fachruddin. “Ar-Fachruddin adalah nama tokoh Muhammadiyah yang kontribusinya sangat besar terhadap pencerahan,” kata Faridi yang sekarang menjabat PD II Fakultas Agama Islam.
Masjid Ar Fachruddin UMM Cermin Kampus Moder
Masjid itu berdiri megah di atas hulu Sungai Brantas.Gemericik aliran airnya ter dengar dari dalam masjid.Sebuah suasana yang digam barkan para pengurus masjid seperti digambarkan dalam Surah al-Hijr ayat 45:Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir).Seperti di dalam surga.Sungai Brantas berada di belakang Masjid AR Fachruddin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Jawa Timur, sedangkan di depannya Jalan Raya Tlogomas Malang, Jawa Timur. Posisi yang berdekatan dengan jalan raya ini membuat masjid ini mudah disinggahi.Bangunan masjid yang menempati tanah seluas 6.000 meter persegi ini terdiri dari lima lantai. Tempat ibadahnya menempati lantai tiga dan empat. Sementara itu, lantai satu, dua, dan lima digunakan untuk berbagai kegiatan.
Menurut H Syamsurizal Yazid, kepala Badan Pemakmuran Masjid (BPM) UMM yang didampingi sekretarisnya, Choirul Amin Setiadi, meskipun Masjid AR Fachruddin menempati lantai tiga dan empat, ketika berada di dalam cukup lapang. Sebab, lantai tiga, empat, dan lima tidak ditutup dengan lantai, tetapi bebas bangunan hingga kubah masjid.
Bangunan masjid kampus terbesar di Asia Tenggara ini ditopang dengan 81 tiang sehingga terlihat kokoh. Bahkan, bangunan ini dinyatakan sudah teruji kekokohannya dengan beberapa kali diguncang gempa. Di dalam masjid terhampar karpet merah yang berasal dari Arab Saudi. "Warna dan jenis karpet ini sama dengan yang ada di Masjid Madinah," kata Syamsurizal kepada Republika di Kampus UMM Malang, Sabtu (19/7).
Semangat modernitas Kebudayaan Jawa, Arab, dan modern menyumbang pada penampilan arsitektur masjid UMM ini. Kehadiran cungku pada ujung setiap kubah adalah sumbangan dari kebudayaan Jawa. Ornamen dan pilar hadir dalam gaya modern.
Disebutkan, penampilan modern ini untuk menggambarkan semangat modernitas dalam ajaran Islam. Kehadiran pilar yang gagah perkasa itu enggambarkan bangunan tauhid. Kubah berikut ornamen buah dan daun melambangkan amal saleh.
Sementara itu, bagian pengimanan dihiasi dengan dan mimbar jati berukir dari Jepara Jawa Tengah dan arc atau semacam gapura melengkung. Arc merupakan pertanda keme nanga n atau tanda penaklukan atau lambang kejayaan.
Pada lengkung gapura tertulis ayat al-Mujaadillah ayat 11: yarfa'i allaahu alladziina aamanuu minkum waalladziina uutuu al'ilma darajaatin waallaahu bimaa ta'maluuna khabiirun. Artinya, Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Filosofi dari kutipan ayat ini dimaksudkan agar keberadaan masjid di lingkungan akademik dapat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan. Masjid yang diresmikan BJ Habibie ini digunakan sebagai tempat menggali ilmu pengetahuan dan melestarikannya.
Sedangkan di dinding belakang gapura ditulis Surah at-Taubah ayat 18: innamaa ya'muru masaajida allaahi man aamana biallaahi waalyawmi al-aakhiri wa-aqaama alshshalaata waaataa alzzakaata walam yakhsya illaa allaaha fa'asaa ulaa-ika an yakuunuu mina almuhtadiina.
Artinya, hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang- orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Jendela kecil Agar cahaya di dalam masjid mencukupi, dinding bagian atas di sebelah barat dipasang kaca berlukiskan lambang Muhammadiyah.
Sedangkan di bawah kubah yang berdiameter kurang lebih 25 meter juga ada banyak jendela kecil-kecil yang melingkari kubah. Dengan begitu, sirkulasi udara dan sinar ke dalam masjid cukup bagus.
Untuk menghubungkan satu lantai ke lantai yang lain, ada tangga yang cukup lebar. Tempat wudhu berada di lantai dua yang dilengkapi dengan 18 kamar mandi (10 kamar madi pria dan delapan kamar  mandi wanita), dan keran wudhu 22 untuk pria dan 14 keran wanita.
Masjid yang bisa menampung kurang lebih 5.500 jamaah ini juga dilengkapi dengan menara setinggi 750 meter yang terletak di samping bangunan masjid. Menara ini berfungsi sebagai tempat pengeras suara dan antena Radio UMM FM.
Lantai lima, kata Syamsurizal, digunakan untuk pendidikan bahasa Arab dan Pondok Pe santren Abdul Rahman bin Auf. "Kita memi liki sekitar 400-500 santri yang berasal dari mahasiswa dan masyarakat sekitar," katanya.
Lantai dua digunakan untuk pendidikan dan laboratorium bahasa Arab. Selain itu, juga digunakan untuk pelatihan Al Islam Ke mu hammadiyahan (AIK) bagi mahasiswa Uni versitas Muhammadiyah Malang. Semen tara, lantai satu digunakan untuk perkantoran perbankan, perpustakaan, poliklinik, lembaga bantuan hukum, markas dakwah, laboratorium kesejahteraan sosial, laboratorium hubungan in ternasional, dan Radio UMM FM.
Intinya, Utamakan yang Wajib
Pembangunan Masjid AR Fachruddin ini, menurut Muhadjir Effendy, rektor Universitas Muhammadiyah, tidak lang sung jadi. Namun, secara bertahap dan memakan waktu kurang lebih lima tahun seiring dengan tersedianya dana yang dimiliki UMM.
"Masjid ini dibangun sebelum ada bangunan lain di Kampus III ini," katanya kepada Republika di Malang, Sabtu (19/7).
Filosofinya, kata Muhadjir, inna shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil alamin, yang artinya sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah karena Allah, Tuhan seluruh alam. Jadi, mengutamakan shalat, kemudian mengerjakan yang lain. "Apa yang kita lakukan semua ini untuk Allah SWT. Jadi, wajibnya kita dahulukan, baru mengerjakan sunahnya," katanya.
Dalam membangun masjid ini tidak ada masterplan, tetapi dirancang sendiri, kemudian didesain bersama. Sedangkan, dana belum tersedia sehingga pembangunannya memakan waktu cukup lama.
Pemilihan lokasi masjid yang terletak di pinggir kali dan jalan raya dimaksudkan agar masjid ini tidak terkesan eksklusif milik kampus semata, tetapi masyarakat dapat ikut menggunakannya sebagai tempat ibadah.
"Memang lokasi masjid ini dinamakan zona publik. Sebab, di situ ada masjid, perbankan, poliklinik, konsultasi psikologi, ada tempat kursus bahasa Arab, perpustakaan," katanya.Letaknya yang berada di pinggir jalan ini tidak mengganggu kegiatan akademik UMM.
Bahkan, di samping masjid sudah dibangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan sebentar lagi di antara masjid dan SPBU akan dibangun mal. Dengan demikian, zona publik ini akan semakin menyatu dan orang bisa one stop shopping, yaitu mengisi bahan bakar, belanja, dan melaksanakan shalat.
SPBU UMM
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) UMM akan dibangun di sebelah Barat Masjid AR. Fachruddin, tepatnya di sebelah kiri pintu keluar Barat kampus III UMM. Pendirian SPBU ini merupakan salah satu upaya UMM dalam mengembangkan profit centre untuk mendukung finansial selain biaya pendidikan dari mahasiswa.
Pada saat ini, rencana pembangunan masih dalam tahap penataan lahan dan mengurus perijinan. Desain bangunan dan interior sudah dibuat, baik dalam bentuk paper project maupun animasi.

SPBU UMM akan dilengkapi dengan cafetaria dan resting area yang bertempat di lantai dasar. Pendirian SPBU ini dinilai sangat prospektif karena jumlah mahasiswa, dosen dan karyawan UMM sangat banyak dengan kebutuhan bahan bakar kendaraan sangat tinggi. Selain sebagai profit centre, SPBU UMM merupakan salah satu bentuk layanan bagi sivitas akademika dan masyarakat umum dalam hal kemudahan penyediaan bahan bakar.

Universitas Muhammadiyah Malang

Universitas Muhammadiyah Malang


Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) adalah perguruan tinggi suwasta terakreditasi "A" dengan Nomor SK: 074/SK/BAN-PT/Ak-IV/PT/II/2013, yang berpusat di kampus III terpadu Universitas Muhammadiyah Malang, Jalan Raya Tlogomas 246 KotaMalng, Jawa Timur. Universitas yang berdiri pada tahun 1964 ini berinduk pada organisasi Muhammadiyah dan merupakan perguruan tinggi Muhammadiyah terbesar di Jawa Timur. UMM termasuk dalam jajaran PTS terkemuka di Indonesia. Oleh karena didominasi warna dinding putih, UMM sering disebut sebagai kampus putih
logo_ummUMM merupakan salah satu universitas yang tumbuh cepat, sehingga oleh PP Muhammadiyah diberi amanat sebagai perguruan tinggi pembina untuk seluruh PTM (Perguruan tinggi Muhammadiyah Malng) wilayah Indonesia Timur. Program-program yang didisain dengan cermat menjadikan UMM sebagai "The Real University", yaitu universitas yang benar-benar universitas dalam artian sebagai institusi pendidikan tinggi yang selalu komit dalam mengembangkan Tri  Darma Perguruan Tinggi
Pada sekarang ini Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menempati 3 lokasi kampus, yaitu kampus I di Jalan Bandung 1, kampus II di Jalan Bendungan Sutami 188 A dan kampus III di Jalan Raya Tlogomas 246. Kampus satu yang merupakan cikal bakalUMM, dan sekarang ini dikonsentrasikan untuk program Pasca Sarjana. Sedangkan kampus II yang dulu merupakan pusat kegiatan utama , sekarang di konsentrasikan sebagai kampus Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu Kesehatan. Sedangkan kampus III sebagai kampus terpadu dijadikan sebagai pusat sari seluruh aktivitas.
sumberhttps://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Muhammadiyah_Malang

Sejarah Universitas Muhammadiyah Malang

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berdiri pada tahun 1964, atas prakarsa tokoh-tokoh dan Pimpinan Muhammadiyah Daerah Malang. Pada awal berdirinya Universitas Muhammadiyah Malang merupakan cabang dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang didirikan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Jakarta dengan Akta Notaris R. Sihojo Wongsowidjojo di Jakarta No. 71 tang-gal 19 Juni 1963.

Pada waktu itu, Universitas Muhammadiyah Malang mempunyai 3 (tiga) fakultas, yaitu (1) Fakultas Ekonomi, (2) Fakultas Hukum, dan (3) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Pendidikan Agama. Ketiga fakultas ini mendapat status Terdaftar dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada tahun 1966 dengan Surat Keputusan Nomor 68/B-Swt/p/1966 tertanggal 30 Desember 1966.

Pada tanggal 1 Juli 1968 Universitas Muhammadiyah Malang resmi menjadi universitas yang berdiri sendiri (terpisah dari Universitas Muhammadiyah Jakarta), yang penyelenggaraannya berada di tangan Yayasan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Malang, dengan Akta Notaris R. Sudiono, No. 2 tertanggal 1 Juli 1968. Pada perkembangan berikutnya akta ini kemudian diperbaharui dengan Akta Notaris G. Kamarudzaman No. 7 Tanggal 6 Juni 1975, dan diperbaharui lagi dengan Akta Notaris Kumalasari, S.H. No. 026 tanggal 24 November 1988 dan didaftar pada Pengadilan Malang Negeri No. 88/PP/YYS/ XI/ 1988 tanggal 28 November 1988.

Pada tahun 1968, Universitas Muhammadiyah Malang menambah fakultas baru, yaitu Fakultas Kesejahteraan Sosial yang merupakan fi‘lial dari Fakultas Kesejahteraan Sosial Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dengan demikian, pada saat itu Universitas Muhammadiyah Malang telah memiliki empat fakultas. Selain itu, FKIP Jurusan Pendidikan Agama mendaftarkan diri sebagai Fakultas Agama yang berada dalam naungan Departemen Agama dengan nama Fakultas Tarbiyah.
Pada tahun 1970 Fakultas Tarbiyah ini mendapatkan status yang sama dengan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (IAIN), dengan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 50 Tahun 1970. Pada tahun ini pula Fakultas Kesejahteraan Sosial mengubah namanya menjadi Fakultas Ilmu Sosial dengan Jurusan Kesejahteraan Sosial. Kemudian pada tahun 1975 Fakultas ini resmi berdiri sendiri (terpisah dari Universitas Muhammadiyah Jakarta) dengan Surat Keputusan Terdaftar Nomor 022 A/1/1975 tanggal 16 April 1975.
Fakultas yang kemudian ditambahkan adalah Fakultas Teknik, yaitu pada tahun 1977. Pada tahun 1980 dibuka pula Fakultas Pertanian, kemudian menyusul Fakultas Peternakan. Antara tahun 1983 sampai dengan 1993, ditambahkan jurusan-jurusan baru dan ditingkatkan status jurusan-jurusan yang suudah ada. Yang terakhir, pada tahun 1993 Universitas Muhammadiyah Malang membuka Program Pascasarjana Program Studi Magister Manajemen dan Magister Sosiologi Pedesaan. Sampai tahun akademik 1994/1995 ini, Universitas Muhammadiyah Malang telah memiliki 9 fakultas dan 25 jurusan/program studi tingkat strata Si, dua program studi strata-S2, dan satu akademi /strata-D3 Keperawatan. Pada rentang tiga puluh tahun perjalanan UMM ini (1964- 1994), perkembangan yang paling berarti dimulai pada tahun 1983-an. Sejak saat itu dan seterusnya UMM mencatat perkembangan yang sangat mengesankan, balk dalam bidang peningkatan status Jurusan, dalam pembenahan administrasi, penambahan sarana dan fasilitas kampus, maupun penambahan dan peningkatan kualitas tenaga pengelolanya (administrasi dan akademik). Tahun 2009, UMM menggabungkan Fakultas Pertanian dan Fakultas Peternakan-Perikanan menjadi Fakultas Pertanian dan Peternakan agar sesuai dengan konsorsium Ilmu-ilmu Pertanian.
Dalam bidang sarana fisik dan fasilitas akademik, kini telah tersedia tiga buah kampus: Kampus I di Jalan Bandung No. 1, Kampus II di Jalan Bendungan Sutami No. 188a, dan Kampus III (Kampus Terpadu) di Jalan Raya Tlogo Mas. Dalam bidang peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga akademik, telah dilakukan (1) rekruitmen dosen-dosen muda yang berasal dari berbagai perguruan tinggi terkemuka di pulau Jawa, (2) Peningkatan kualitas para dosen dengan mengirim mereka untuk studi lanjut (S2 dan S3) di dalam maupun di luar negeri. Berkat perjuangan yang tidak mengenal berhenti ini, maka kini Universitas Muhammadiyah Malang sudah menjelma ke arah perguruan tinggi alternatif. Hal ini sudah diakui pula oleh Koordinator Kopertis Wilayah VII yang pada pidato resminya pada wisuda sarjana Universitas Muhammadiyah Malang tanggal 11 Juli 1992, mengemukakan bahwa UMM tergolong perguruan tinggi yang besar dan berprospek untuk menjadi perguruan tinggi masa depan yang berkualitas.
Dengan kondisi yang terus ditingkatkan, kini Universitas Muhammadiyah Malang dengan bangga tetapi rendah hati siap menyongsong masa depan, untuk ikut serta dalam tugas bersama "mencerdaskan kehidupan bangsa" dan "membangun manusia Indonesia seutuhnya" dalam menuju menjadi bangsa Indonesia yang bermartabat dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
sumberhttps://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Muhammadiyah_Malang

Dasar dan Tujuan

Universitas Muhammadiyah Malang menyusun dan mengembangkan program berdasarkan pada:
  1. Pancasila dan UUD 1945,
  2. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
  3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi.
Adapun dalam kegiatan operasionalnya Universitas Muhammadiyah Malang berpedoman pada:
  1. Qoidah Perguruan Tinggi Muhammadiyah tahun 1999,
  2. Statuta Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2001,
  3. Peraturan-peraturan lain yang terkait.
Tujuan penyelenggaraan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang adalah sebagai berikut.
  1. Menghasilkan lulusan yang beriman, bertaqwa, menguasai IPTEKS, profesional, kreatif, inovatif, bertanggung jawab, dan mandiri menuju terwujudnya masyarakat lebih madhani.
  2. Meningkatkan kegiatan penelitian sebagai landasan penyelenggaraan pendidikan dan mengembangkan IPTEKS.
  3. Menghasilkan, mengamalkan, mengembangkan dan menyebar luaskan IPTEKS dalam skala regional, nasional dan internasional.
  4. Mewujudkan pengelolaan yang terencana, terorganisir, produktif, efektif, efisien, dan terpercaya untuk menjamin keberlanjutan Universitas.
  5. Mewujudkan civitas akademika yang mampu menjadi teladan dan kehidupan bermasyarakat.
  6. Menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam lingkup regional, nasional dan internasional untuk pengembangan pendidikan, penelitian dan pengabdian terhadap Masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut Universitas Muhammadiyah Malang memaksimalkan pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi, yang meliputi:
  1. penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran,
  2. penyelenggaraan penelitian dalam rangka pengembangan kebudayaan khususnya ilmu pengetahuan, teknologi, pendidikan dan seni serta mempergiat dan memperdalam penelitian ilmu agama Islam dalam rangka mendapatkan kemurnian untuk diamalkan,
  3. penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat.

RS. UMM & Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono

 A.RS. UMM
Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang diresmikan oleh Presiden Ke-5 Republik Indonesia oleh Ibu       Hj. Megawati Soekarno Putri pada tanggal 17 Juni 2014 di bangun diatas lahan dengan lokasirumah sakit tidak jauh dari Kampus 3 Universitas Muhammadiyah Malang yaitu tepatnya di sebelah timur terminal Landungsari.
Berdiri diatas tanah seluas 9 hektare dan memiliki bangunan utama setinggi 6 lantai dan beberapa bangunan gedung penunjang setinggi 5 lantai dan 
untitled29
gedung rawat inap setinggi 3 lantai. Bentuk bangunan yang megah dan tertata rapi dengan ciri khas arsitektur tiongkok, menjadikan RS Universitas Muhammadiyah Malang ini mudah dikenali oleh segala lapisan masyarakat.

Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat luas pada tanggal 17 Agustus 2013 bertepatan dengan hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 68. Rumah Sakit ini merupakan sarana penunjang pendidikan dan merupakan salah satu profit center dari Universitas Muhammadiyah Malang.
B.Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono
Dalam buku Siapa & Siapa 50 Tokoh Muhammadiyah Jawa Timur (2007), disebutkan dalam berdakwah KHM Bedjo tidak hanya di mimbar-mimbar masjid, tetapi juga di sekolah, kampus dan radio serta tulisan di media massa. “Salah satu tulisannya ‘Islam Sontoloyo’ di Suara Muhammadiyah sempat membuat majalah
bsaza8qccaamdf4
Masjid bernuansa Tiongkok yang satu ini benar benar istimewa, karena dibangun bukan oleh komunitas Muslim Tionghoa Indonesia tapi justru dibangun oleh Universitas Muhammadiyah Malang.
Rektor UMM Dr. Muhadjir Effendy, MAP memberi nama masjid itu dengan nama Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono, Nama seorang tokoh pelopor Muhammadiyah di Malang.
Lokasi Masjid Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono terletak di dalam Komplek Rumah Sakit Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang di di Jl. Tlogomas, sekitar 500 meter dari kampus III Universitas Muhammadiyah Malang.
Komplek rumah sakit tempat dimana Masjid tersebut berada nantinya akan dijadikan pusat pelayanan kesehatan yang menjangkau semua lapisan masyarakat. Masyarakat kurang mampu akan disubsidi untuk mendapatkan pelayanan yang layak. Selain itu, RS UMM juga diharapkan menjadi pusat riset medis untuk mengembangkan keilmuan kedokteran, keperawatan dan farmasi, pusat rehabilitasi sosial, bahkan tidak menutup kemungkinan ada pusat rehabilitasi ketergantungan narkoba.

Book Store UMM

Bookstore UMM diresmikan pada anggal 21 Agustus 2005. Sebagai salah satuunit bisnis Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam masa beroperasi Bookstore UMM t
elah mengalami perkembangan dari berbagai sisi meskipun dalam masa perkembangannya masih terdapat banyak kekurangan, terdapat beberapa kendala yang begitu mempengaruhi kinerja Bookstore UMM sejak beroperasi selama kurang lebih 11 tahun. Kendala tersebut masih dirasakan sampai sekarang misalnya jumlah mobilitas penjualan yang rendah.
Sampai saat ini Bookstore UMM telah memiliki 3 divisi yaitu divisi buku, divisi stationery, serta divisi komputer, dan beb
1465962962813
Bookstore
erapa waktu lalu Bookstore UMM mengembangkan salah satu divisi baru yang bekerja sama dengan pihak perorangan dengan membentuk unit usaha baru yang dinamai Pusat Souvenir UMM, dimana pihak perseorangan ini dipilih karena memiliki visi dan misi yang sama dengan Universitas Muhammadiyah Malang. Pangsa pasar yang dituju oleh pusat souvenir ini terutama dari kalangan civitas UMM maupun non-civitas diharapkan mampu memberikan kontribusi yang lebih baik dalam perkembangan Bookstore UMM di masa sekarang dan masa mendatang. 3 divisi ini berada satu lantai dengan display yang terbagi sebelah barat untuk display alat tulis kantor dan sebelah timur untuk display buku dan komputer.
Berpijak pada rencana jangka panjang Bookstore UMM yang mengacu pada beberapa toko di area malang dan sekitarnya, Bookstore berupaya mengembangkan konsep baru dalam upaya promosi atas Bookstore UMM, penciptaan brand baru dalam menunjang proses pemasaran mulai dikembangkan sejak November 2010. Berpijak pada kondisi real Bookstore UMM di masa sekarang, akan dikembangkan sebagai One Stop Market of Education N Shopping.