SISTEMATIKA PENDIDIKAN DAN PESANTREN DI INDONESIA
Luthfi ghazali/
201610010311095
Program Studi
pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang
Abstark
:
Pondok pesanteran merupakan
lembaga kependidikan islam di Indonesia yang eksis hingga saat ini di indonesia. Pondok
pesantren merupakan lembaga kependidikan yang unik dan mandiri yang menjadi
basis awal mula sejarah pendidikan di indonesia, pesanteran mempunyai kultur,
sutruktur dan sistem yang unik dalam pendidikan di indonesia menjadi daya tarik
tersendiri bagi peminat lembaga pendidikan pesatren di indonesia. Tujuan dari di
buatanya makalah ini adalah untuk
mengetahui sistematika lembaga pendidikan pesatnren di indonesia faktor
pendorongan dan penghambatnya , serta bentuk-bentuk dan manfaatnya. Makalah ini memaparkan proses
pendidikan di Indonesia yang berbasis pesantren yang bertahan dari dulu sampai
sekarang, dengan melihat tradisi pesantren di indonesia yang menjadi lembaga
yang eksis dan berdirih kokoh sampai sekarang.
Kata kunci : pesantren, pendidikan dan sistematika.
Pendahuluan.
Pesantren atau
pondok pesantren merupakan lembaga kependidikan islam yang berbasis santri,
yang bertujuan untuk mengembangan pendidikan Islam yang ada di Indonesia. Menurut Zamakhsyari
Dhofire (dalam Hasyim Asy’ari 2015: 3) “Ummat islam yang ada di indonesia sangat
berbeda dengan ummat islam yang lain, sementara Islam di negeri lain menjadikan
Islam sebagai kebutuhan hidupnya(….). sedangkan Pesantren menjadi salah satu
fasilitas lembaga pendidikan dan menjadi
lembaga dakwah di Indonesia juga. Awal mula lembaga pendidikan Islam di
Indonesia adalah pesantren yang berbasis santri.
Kependidikan Islam
yang ada di Indonesia berawal dari pesantren namun tidak ada tentang data resmi
tentang pendirian lembaga pendidikan pondok pesantren di Indonesia. Tapi
lembaga kependidikan Islam di Indonesia di mulai pada abad ke-10, tetapi
tentang penulisan di Indonesia pada saaat itu sangat lemah. Menurut
Zammakhsyari dhofier (2015: 29), Barus, antara pertengahan abad-9 dan akhir
abad ke-14 merupakan bandar metro politan yang menjad awal terbangunnya pusat
pendidikan Islam. Tim arkeologi Indonesia-Prancis selama lima tahun
(1998-2003),telah melakukan penelitian situs Barus di Sumatra Utara dan
diketahui bahwa di abad ke-9 dan 14 Barus menjadi bandar metropolitan.
Dengan surat
keputusan tanggal 8 Maret 1819, gubernur jendral Van der Capllen memerintahkan
mengadakan suatu penelitian tentang pendidikan masyarakat jawa. Dengan tujuan
meningkatkan kemampuan membaca dan menulis di kalangan mereka. Karena
pendidikan islam pada saat itu sangat bobrok yang mana hanya menyurh peserta
didik dengan menghafal tapi tidak tau maksut dari apa yang di baca mereka.
Menurut Karel A. Steenbrink (1986: 11), dalam sistem pendidikan seperti ini,
serng terjadi perbedaan waktu belajar yang besar dimana ada murit yang cepat
dan ada yang lambat dalam menyelesaikan pendidikannya.
Pengetahuan
kita mengenai asal-usul pesantren sangatsedikit. Kita tidak mengetahui lembaga
itu muncul untuk pertama kalinya. Banyak sekali di sebutkan pesantren pada masa
awal, sebenarnya itu hanya menjadi aktrapolasi dari pengamantan dari akhir abad
ke-19. Menurut Martin Van Bruinessen (dalam Pigeaud dan De Graaf 1995: 23),
menyatakan bahwa Pesantren merupakan jenis pusat islam penting kedua, di
samping Masjid, pada preode awal abad ke-16.
Sudah tidak
diragukan lagi bahwa pesantren memiliki kontribusi nyata dalam pembangunan
pendidikan. Apalagi dilihat secara historis, pesantren memiliki pengalaman yang
luar biasa dalam membina dan mengembangkan masyarakat. Bahkan, pesantren mampu
meningkatkan perannya secara mandiri dengan menggali potensi yang dimiliki
masyarakat di sekelilingnya.
A.
Pembahasan.
Secara teknis,
pesantren adalah tempat tinggal santri. Pengertian tersebut menunjukkan ciri
pesantren yang paling penting, yaitu sebuah lingkungan pendidikan yang sepenuhnya
total. Pesantren mirip dengan akademi militer atau biara dalam hal pengalaman
dan kemungkinannya untuk sebuah totalitas. Dibandingkan dengan lingkungan
pendidikan yang ditawarkan oleh sistem sekolah umum yang berlaku sebagai
struktur pendidikan secara umum bagi bangsa, pesantren adalah sebuah kultur
yang unik.
Tradisi pesantren adalah sistem pendidikan Islam yang tumbuh sejak awalnya
kedatangan islam di indonesia.
Kebanyakan
gambaran mereka tentang kehidupan pesantren hanya menyentuh aspek kesederhanaan
bangunan-bangunan dalam lingkungan pesantren, keserhadaan cara hidup santri,
kepatuhan mutlak para santri kepada kiyai dan, dalam beberepa hal
pelajaran-pelajaran dasar mengenai kitab-kitab klasik. Di suatu sisi ia berakar
kuat di bumi indonesia, pondok pesantren bisa dikatakan sebuah lembaga khas
inndonesia. Meskipun ia merupakan lembaga pendidika islam tradiosonal. Pola
khas pesantren sebagai lembaga pendidikan juga mencerminkan pengaruh asing ,
dan mungkin juga punya akar asing, meskipun bercampur dengan tradisi lokal.
Komponen-komponen
Pesantren
Pondok, masjid,
pengajaran kitab-kitab klasik, santri dan kyai adalah lima komponen dasar
tradisi pesantren. Ini berarti sebuah lembaga kependidikan yang telah
berkembang hingga memiliki kelima komponen tersebut berubah statusnya menjadi
pesantren.
1.
Pondok
Sebuah
pesantren pada dasarnya adalah sebuah lembaga yang memiliki asrama yang di mana
sisiwanya tinggal dan belajar yang meneriman bimbingan dari seorang guru yang
lebih dikenal dengan sosok seorang kyai. Dan istilah pondok dapat diartikan
sebagai tempat atau komplek para santri untuk belajar atau mengaji ilmu
pengetahuan agama kepada kyai atau guru ngaji, biasanya komplek itu berbentuk
asrama atau kamar-kamar kecil dengan bangunan apa adanya yang menunjukkan
kesederhanaannya. Asrama para santri berada dalam lingkung pesantren yang mana
kyai bertempat tinggal didalamnya yang juga menydiakan masjid untuk
beribadahnya santri, ruang untuk belajar dan tampat kegiatan-kegiatan keagamaan
yang lain.
Dulu
pesantren adalah milik kyai, tetapi sekarang kebanyakan dari pesantren tidak
semata-mata dianggap milik kyai saja, tetapi milik masyarakat juga. Ini
disebabkan para kyai memperolah sumber-sumber keuangan untuk mengongkosi
pembiyayaan dan pengembangan pesantren dari masyarakat.
Dan sudah banyak pula pesantren-pesantren yang telah di wakafkan, baik dari
kyai terdahulu, maupun yang di berikan orang kaya.
2.
Masjid
Masjid sebagai
salah satu pemenuhan kebutuhan spiritual, sebenarnya bukan hanya berfungsi
sebagai tempat shalat saja, tetapi juga merupakan pusat kegiatan sosial
kemasyarakatan, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah
saw. Beberapa ayat dalam Al quran menyebutkan bahwa fungsi masjid adalah
sebagai tempat yang didalamnya banyak menyebut nama Allah (tempat berdzikir),
tempat beri’tikaf, tempat beribadah (shalat), pusat pertemuan islam untuk
membicarakan urusan hidup dan perjuangan. Dan Masjid merupakan komponen yang
tidak akan erpisahkan dari pesantren dan di anggab sebagai tempat yang paling
tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang lima waktu,
khutbah jum’at dan pengajara kitab-kitab islam klasik.
Lembaga-lembaga pendidikan pesantren pasti
meliliki Masjid dalam sebuah pesantren, yang mana jika seorang kyai ingin
membangun atau mendirikan pesantren pasti yang akan di bangun pertama kali
adalah masijid yang itu akan menjadi titik pusat dalam sebuah pembelajra dan
pembimbingan santri yang akan memproses sebuah pengajarang didalamnya. Seorang
kyai akan terus memelihara subuah tradisi dalam pesantren yang mana masjid
menjadi pablik figur dalam sebuah lembaga pendidikan pesantren. Dan memberi
masukan yang peting terhada santrinya bawasanya masjid adalah tempat yang
paling tepat untuk belajar praktek dalam hal sholat yang benar, dan memperoleh
pengetahuan dari Allah SWT.
3.
Pengajaran
Kitab-kitab islam klasik
Pengajarn
kitab-kitab islam klasik pada masa yang lalu menjadi sebuah pembelajran wajid
di pesantren yang mana kitab-kitab itu
yang berbau mazhab aliran imam safi’i dan ahlisun wal jamaah yang lain, dengan
tujuan untuk menjadikan sebuah ulam yang dapat menyelesaikan sebuah permasalaan
fiqhi. Dengan adanya pembelajran kitab-kitab klasik islam menjadikan seorang
santri mampu mengaplikasikan sebuah pelajrang yang mereka pelajari dalam sebuah
pondok pesantren mereka. Pasti dalam sebuah pembelajran pasti ada rujukan dari
sebuah yang akan di lakukan, dengan kitab-kitab klasik islam mungkin telah menjadi sebuah rujukan yang
akan di belajarkan kepada santri di pesantren tersebut. Bahwa lembaga pesantren
belum ada sebelum abad ke-18 tidak berarti bahwa kitab kuning tidak di pelajari
sebelumnya. Kitab-kitab klasik berhasa arab jelas sudah dikenalkan dan di
pelajari pada abad ke-16.
4.
Santri
Santri adalah
peserta didik yang belajar atau menuntut ilmu di pesantren. Dan santri yang
selalu beraktifitas dalam komplek pesantren, makan,minum dan kegitan lain.
santri bertempat tinggal dalam sebuah asrama yang mana itu menjadi tempat
tinggal sementra ketia dia dalam sebuah lembaga pendidikan pondik pesantren.
Karena itu santri merupakan komponen yang sangat peting dalam lembaga
pendidikan pondok pesantren, yang mana santri menjadi objek pengajaran yang ada
dalam sebuah lembaga pesantren. Perlu di ketahui bahwa, menurut tradisi santri
itu terdiri dari dua
1.
Santri mukim, yaitu santri yang datang
jauh-jauh dari luar pualu maupun dalam pulau. Tanggung jawab dari seorang santri
mukim yang lama sangat lah berat, santi mukim yang mengurusi sebangian
pekerjaan pondok pesantren. Dan mengajarkan kitab-kitab menengah ke pada santri
yang baru masuk dalam pondok pesantren. Dan baisanya yang terjadi terhada
santri mukin ini mereka dapat perlakuan khusus dari seorang kyai.
2.
Santri kalong, yaitu santri yang
berasal dari desa-desa sekitar itu. Tapi tidak menentap dalam sebuah asrama
yang disediakan pondok pesantren, mereka hanya mengikuti pengajaran yang ada
dalam pondok pesantren dan bolak balik dari pondok ke rumah mereka.
5.
Kyai
Kyai di sebuah
lembaga pendidikan pesantri dominan disebut sebagia pendiri pesantren. Ini
sudah sewajaranya terjadi kepada kyai karena maju mundurnya sebyah pesantren
ini tergantung dari sang kyai. Menurut asal-usulnya perkataan kyai dipakai
untuk ketiga jenis yang saling berbeda:
1.
Sebagai gelar kehormatan bagi
barang-barang yang di anggab keremat, “Kyai garuda kencana” dipakai untuk
sebutan kereta emas yang ada di keraton yogyakarta.
2.
Gelar kehormatan untuk orang-orang
tua pada umumnya.
3.
Gelar yang diberikan oleh masyarakat
kepada seorang ahli agama islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren
dan mengajarkan kitab-kitab islam klasik kepada santrinya.
Disini perlu
diketahui kembali bawasanya kyai disini adalah seorang yang menjadi panutan
santri di pondok pesantren dan menjadi pembimbing dan sekaligus menjadi orang
tua santri ketika di pondok pesantren.
Sistem
Pendidikan dualisme di Indonesia
Dengan surat
keputusan tanggal 8 Maret 1819, gubernur jendral Van der Capllen memerintahkan
mengadakan suatu penelitian tentang pendidikan masyarakat jawa. Dengan tujuan
meningkatkan kemampuan membaca dan menulis di kalangan mereka. Karena
pendidikan islam pada saat itu sangat bobrok yang mana hanya menyurh peserta
didik dengan menghafal tapi tidak tau maksut dari apa yang di baca mereka. Pada
zaman kolonia belanda ingin tidak ingin ikut campur dalam sistem pendidikan
peribumu karena pemerintahan belanda menghargai unsur peribumi dalam masyarakat keengganan menolak kebudayaan
asli dalam hubungannya dengan kebudayaan asing yang bercorak barat.
Tetapi setelah setahun pergantian pergantian
pegawai pemerintahan kolonial Belanda. Dan setahun dia menjabat dia menolak
untuk untuk menyusuaikan dengan pendidikan Islam yang ada, karen pendidikan
Islam pada saat itu sangat lah jelak sekali, sehingga tidak dapat di pakai
dalam sekolah peri bumi. Yang di maksudkan dengan jelek disini adalah karena
metodo dalam pembelajaran pendidikan Islam itu hanya baca, tulis dan hafal
tanpa mengetahui arti dari apa yang mereka hafal, baca dan tulis.
Dan kita laiat lah sekarang, pendidikan Islam
mulai mengembangkan satu model pendidikan sendiri yang berbeda dan terpisah
dari sistem pendidikan belanda, maupun sistem pendidikan yang di laksanakan
olah departemen pendidikan dan budaya indonesia. Sistem pendidikan umum di
Indonesia, bukan lah timbul akibat penyesuaian dengan sistem pendidikan Islam
seperti yang terlihat sekrang ini, lama kelamaan akan menyesuaikan diri dan
masuk kedalam sistem pendidikan umum. Dan fenomena ini yang mana telah terjadi di indonesia yang mana lembaga pendidikan Islam, yang mana sistem di
Indonesia sedikit demi sedikit telah masuk untuk menyesuai kan sistem
pendidikanya dengan sistem pendidika umum sekrang.
Pendidkan di
Indonesia mempunyai history yang panjang dari segi permulaan pembangunan sisten
pendidikan, pendorang perkembangan sistem dan faktor-faktor yang di tempuh
sistem pendidikan yang ada di Indonesia sangat lah bergagam dalam pemetaan
pendidikan yang ada di Idonesia.
B.
Penutup
Pendidkan dan
lembaga pendidikan pesantren di Indonesia mempunya sejarah yang sangat panjang.
Dari pemebtukan pendidikan dan lembaga pendidikan pesabtren yaitu pondok pesantren
yang ada di Indonesia. Pendidikan dualisme yang ada di indenesia di walinya
karena ada nya sistem pendidikan islam yang jelak, jelak yang diamksud disini
adalah karena metode yang di pake islam pada saat itu kurang cocok di pakai
untuk pribumi. Yang mana peserta didik hanya menghafal, baca dan menulis arab
yang mereka tidak mengetahui arti dan mak’na dari yang mereka hafal, baca dan
tulis.
Pondok
pesantren sangat akses dari dulu sampai sekrang. tetapi p pengetahuan kita
tentang pondok pesantren sangat lah sedikit sihingga sebuah lembaga pendidika
pondok pesantren ini tidak tau kapan awal mulanya berdirinya di Indonesia.
Namun di perkirakan lembaga pendidikan islam yang tinggi dimulai pertengahan
abad ke-10, tetepi tradisi membaca dan menulis di Indonesia sangat lah lemah.
Barus, antara pertengahan abad ke-9 dan akhir abad ke-14, merupakan
bandarmetropolitan yang menjadi awal terbangaunnya pusat pendidikan islam.
Komponen-komponen yang di miliki pondok pesantren 1. Pondok 2. Masjid 3.
Pengajaran kitab-kitab Islam 4. Santri 5. Kyai itu lah kompon-komponen yang
harus dimiliki pondok pesantren karena itu ada yang menjadi tradisi pesantren
yang ada di Indonesia.
C.
Daftar pustaka
Wahid Abdurrahman Prospek Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan,
dalam Manfred Oepen dan Wolfgang Karcher (Ed), diterj. Shonhadji, Dinamika
Pesantren : Dampak Pesantren dalam pendidikan dan Pengembangan Masyarakat,
( Surabaya: Hikmah, 1995)
Bruinessen Van Martin Kitab kuning, pesantrendan tarekat, bandung:
penerbit Mizan, 1995
Dhofier
Zamakhsyari Tradisi pesantren, Jakrta: penerbit LP3BS, 2015